A . Biografi
Alfred adler lahir di Wina pada
tanggal 7 Februari 1870 sebagai anak ketiga.
Sewaktu
kecil Adler sakit-sakitan dan tidak
bahagia. Umur 3 tahun menyaksikan
kematian adik bungsunya. 4 tahun baru bisa berjalan.
Adler juga merasa
cemburu dengan kaka sulungnya Sigmund, yang selau dibanggakan. Adler tidak bisa
bergiat aktif seperti kakanya karena umur 5 tahun mengidap penyakit pneumonia
dan hampir meninggal, karena itu dia
berkeinginan menjadi dokter. Tahun 1895 Adler lulus sebagai dokter di
Universitas Wina.
Pada mulanya Adler dimanjakan oleh Ibunya, tapi ketika adik
bungsunya lahir Adler tidak dimanjakan lagi. Akhirnya dia lebih dekat dengan
ayahnya, ayahnya lah sumber inspirasinya.
Saat SD di sekolah prestasi Adler
lemah, bahkan hampir akan diberhentikan. Dan dihina oleh gurunya sendiri. Tapi
atas semangat yg diberikan dari Ayah, adler bangkit dan membuktikan kalau ia
mampu. Sampai ia meraih peringkat 1 di kelas.
Pada tahun 1902, adler menjadi Neurologi dan
psikiatri dan mengikuti gerakan Freudian, ; Adler tidak pernah sama pandangan
dengan Freud. Buktinya, dapat dilihat melalui penulisan Adler pada tahun 1907
yang mengupas tentang organ inferioriti dan kelebihannya. Adler membantah
pandangan Freud terhadap pembentukan personaliti seseorang itu adalah didorong
oleh desakan seksual. Maka, pada tahun 1911, Adler memutuskan keluar
bersama 9 orang pendukungnya dan mendirikan organisasi The Society for Free
Psychoanalysis dan tahun berikutnya organisasi ini namanya berubah menjadi The
Society for Individual Psychology kemudian dikembangkan lagi sebagai
sistematika terapi oleh Rudolf Dreikurs dan Donald Dinmeyer, yang dikenal
dengan nama Adlerian Counseling.[1]
- Hakikat Manusia
Adler mengemukakan bahwa motif utama yang merupakan
dorongan hidup adalah superioritas dan kekuatan. Adler melihat bahwa kejantanan
(masculine) adalah identik dengan superioritas sedangkan kewanitaan (feminin)
adalah interioritas. Sesuai dengan dorongannya untuk hidup maka baik pria
maupun wanita menuju superioritas. Alasan utamanya karena manusia pada saat
dilahirkan dalam keadaan interioritas dalam keadaan lemah, perlu bantuan orang
lain dan hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya. Bagi Adler, manusia itu lahir dalam keadaan tubuh
yang lemah, tak berdaya. Kondisi ketidakberdayaan itu menimbulkan
ketergantungan kepada orang lain. Psikologi individual memandang individu
sebagai makhluk yang saling tergantung secara
sosial. Adler
berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan oleh dorongan-dorongan
sosial. Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial. mereka
menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerja
sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri
dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial. Calvin S. Hall
dan Gardner dalam A. Supratiknya (1993:241)
Manusia tidak semata-mata
bertujuan untuk memuaskan dorongan-dorongannya, tetapi secara jelas juga
termotivasi untuk melaksanakan:
a.
Tanggung jawab sosial
b.
Pemenuhan kebutuhan untuk mencapai sesuatu.
- Tahap Perkembangan
- Struktur kepribadian
1)Dasar
kepribadian terbentuk pada usia empat sampai dengan lima tahun.
2)Pada awalnya manusia dilahirkan Feeling Of
Inferiority (FOI) yang selanjutnya menjadi dorongan bagi perjuangannya
kearah Feeling Of Superiority (FOS).
3)Anak-anak menghadapi lingkungannya dengan
kemampuan dasarnya dan menginterpretasikan lingkungan itu.
4)Dalam
pada itu sosial interest-nya pun berkembang
5)Selanjutnya
terbentuk Life Style (LS) yang unik untuk masing-masing individu (human
individuality).
6)Sekali terbentuk Life Style (LS) sukar
untuk berubah. Perubahan akan membawa kepedihan. Prayitno (1998:51).
-
Kepribadian yang normal
Freud memandang komponen
kehidupan yang normal/sehat adalah kemampuan “mencintai dan berkarya”, namum
bagi Adler masalah hidup selalu bersifat sosial. Fungsi hidup sehat bukan hanya
mencintai dan berkarya, tetapi juga merasakan kebersamaan dengan orang lain dan
memperdulikan kesejahteraan mereka. Motivasi dimotivasi oleh dorongan sosial,
bukan dorongan seksual. Cara orang memuaskan kebutuhan seksual ditentukan
dengan oleh gaya hidupnya.
Dorongan sosial adalah sesuatu
yang dibawa sejak lahir, meskipun kekhususan hubungan dengan orang dan pranata
sosial ditentukan oleh pengalaman bergaul dengan masyarakat. Rincian pokok
teori Adler mengenai kepribadian yang normal/sehat adalah sebagai berikut:
1)Satu-satunya kekuatan dinamik yang
melatarbelakangi aktivitas manusia adalah perjuangan untuk sukses atau menjadi
superior.
2)Persepsi
subjektif individu membentuk tingkah laku dan kepribadian
3)Semua
fenomena psikologis disatukan didalam diri individu dalam bentuk self.
4)Manfaat
dari aktivitas manusiaharus dilihat dari sudut pandang interes sosial
5)Semua
potensi manusia dikembangkan sesuai dengan gaya hidup dari self.
6)Gaya
hidup dikembangkan melalui kreatif individu. Alwisol (2006:78)
.
Perkembangan Abnormal
Penyebab
utama keabnormalan atau ketidakmampuan diri adalah munculnya perasaan
inferioritas pada diri individu. Ketidaknormalan tersebut sebagai akibat
perkembangan perasaan individu yang berlebihan terhadap inferioritas pada
awal-awal kehidupannya, individu mengembangkan pola tingkah laku yang tidak
cocok. Adler berpendapat bahwa peningkatan perasaan infetioritas bisa
berkembang melalui keberadaan sejak lahir yaitu fisik & mentalnya yang
cacat dan orang tua yang tidak memperdulikannya.
1. Cacat mental dan
fisik
Individu
yang dilahirkan dalam keadaan cacat, dalam beberapa hal dapat meningkatkan
perasaan inferioritas. Kecacatan mental lebih sulit untuk mengatasi ketimbang
cacat fisik. Anak yang lahir dalam keadaan cacat fisik dan mental maka faktor
yang terpenting bukanlah cacatnya itu tetapi reaksi terhadap kejadian yang akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya tergantung reaksi positif atau negatif.
2. Kesalahan dalam mengasuh
Anak yang
dimanja dan diawasi secara ketat membuat dia tidak sanggup mengurus dirinya,
sehingga perasaan inferioritas semakin bertambah. Anak yang berada dalam
lingkungan ini, tidak memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu, sehingga ia
tidak berpengalaman dalam kegagalan atau kesuksesan sedangkan individu akan
menjadi seorang yang egosentris yang menganggap superiotitas/ lebih dari orang
lain. Ini adalah kepribadian yang berbahaya bagi individu itu sendiri dan
masyarakat.
Ada beberapa alasan individu
mengembangkan rasa
inferiorias yaitu: (1) individu mengembangkan dalam keadaan yang tidak wajar
dengan jumlah ketegangan yang tidak biasa. (2) Akibat perasaan inferioritas,
berhubungan dengan perkembangan individu terhadap minat sosial. Individu yang
dimanja tidak memiliki keberanian. Individu yang menyimpulkan bahwa hubungan
dengan orang lain tidak berarti dalam mencapai tujuan, sehingga membuat seseorang
memilih tujuan yang ia yakini tanpa pertimbangan orang lain.
3. Penelantaran
Apabila ketiga hal diatas
dibesar-besarkan maka FOI akan semakin berkembang. Sehingga terjadi :
-
mengejar superioritas yang berlebihan.
-
terlalu keras, hingga menjadi kaku (rigid).
-
Perfeksionistik tidak wajar.
-
Sosial interes terganggu.
-
Hubungan sosial tidak mengenakkan.
-
Mengisolasi diri (selfish). Prayitno (1998:52).
- Tujuan
Konseling
Tujuan konseling adalah
membantu klien menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life style
(LS) serta mengurangi penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya serta
perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dan dalam mengoreksi
persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah laku serta
mengembangkan kembali minat sosialnya. Hal ini dilakukan bertujuan membentuk
gaya hidupnya yang lebih efektif. Prayitno (1998:52).
E. Keterampilan,
Kepribadian dan pengetahuan Konselor.
-
Konselor
memiliki asumsi bahwa klien akan merasa
dan berperilaku lebih baik apabila mereka tahu apa yang salah dalam pemikiran
mereka selama ini.
-
Terampil
mengumpulkan data-data keluarga dan masa lalunya.
-
Interpretasi, pengertian
tentang style life klien diberitahukan kepada klien. Konselor mendengarkan
reaksi klien.
-
Rekonstruksi aktif, konselor
mengarahkan klien secara aktif terhadap alternatif-alternatif pemecahan
mengenai masalah dirinya dan lingkungannya. Penyembuhan disebabkan oleh
gambaran yang matang tentang dunianya.
-
Dalam hubungan yang face to face relation,
dialog diusahakan suatu reedukasi (pendidikan kembali), proses sosialisasi
seorang individu dan memperbaiki kepercayaan klien terhadap dirinya sendiri.
F.
Kondisi Konseli
Umumnya, kondisi konseli adalah
dalam keadaan gagal untuk mengubah hidupnya karena mereka tidak mengenal cara
berpikir dan berperilaku, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, dan takut
meninggalkan pola lama untuk diganti dengan yang baru yang hasil akhirnya nanti
tidak bisa mereka ramalkan. Jadi, biarpun cara mereka berpikir dan berperilaku
bukan hal yang berhasil, mereka cenderung untuk bertahan pada pola yang mereka
kenal (Manaster dan Corsini, 1982).
G.
Mekanisme perubahan
a) Pembinaan
hubungan yaitu: rapport, hubungan sejajar, konseling sebagai usaha kerjasama,
menetapkan tujuan bersama, menfokuskan pada dimensi yang positif, dalam
melakukan dorongan,
b) Analaisis penyelesaian yaitu: memahami gaya
hidup, mengamati perasaan kepercayan, konstelasi keluarga,
c)
Insight yaitu: terjadi konfrontasi, dan interpretasi, dan Reorientasi.
[1] WS.
Winkel & M.M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan, (Yogyakarta : Media
Abdi, 2005), Hal 422
0 komentar:
Posting Komentar