Kamis, 20 Maret 2014

Pendekatan Adler, Pencetus Alfred Adler

          
 A .       Biografi
Alfred adler lahir di Wina pada tanggal 7 Februari 1870 sebagai anak ketiga.
Sewaktu kecil  Adler sakit-sakitan dan tidak bahagia. Umur 3 tahun menyaksikan  kematian adik bungsunya. 4 tahun baru bisa berjalan.
Adler juga merasa cemburu dengan kaka sulungnya Sigmund, yang selau dibanggakan. Adler tidak bisa bergiat aktif seperti kakanya karena umur 5 tahun mengidap penyakit pneumonia dan  hampir meninggal, karena itu dia berkeinginan menjadi dokter. Tahun 1895 Adler lulus sebagai dokter di Universitas Wina.
            Pada mulanya Adler  dimanjakan oleh Ibunya, tapi ketika adik bungsunya lahir Adler tidak dimanjakan lagi. Akhirnya dia lebih dekat dengan ayahnya, ayahnya lah sumber inspirasinya.
            Saat SD di sekolah prestasi Adler lemah, bahkan hampir akan diberhentikan. Dan dihina oleh gurunya sendiri. Tapi atas semangat yg diberikan dari Ayah, adler bangkit dan membuktikan kalau ia mampu. Sampai ia meraih peringkat 1 di kelas.
Pada tahun 1902, adler menjadi Neurologi dan psikiatri dan mengikuti gerakan Freudian, ; Adler tidak pernah sama pandangan dengan Freud. Buktinya, dapat dilihat melalui penulisan Adler pada tahun 1907 yang mengupas tentang organ inferioriti dan kelebihannya. Adler membantah pandangan Freud terhadap pembentukan personaliti seseorang itu adalah didorong oleh desakan seksual. Maka, pada tahun 1911, Adler memutuskan keluar bersama 9 orang pendukungnya dan mendirikan organisasi The Society for Free Psychoanalysis dan tahun berikutnya organisasi ini namanya berubah menjadi The Society for Individual Psychology kemudian dikembangkan lagi sebagai sistematika terapi oleh Rudolf Dreikurs dan Donald Dinmeyer, yang dikenal dengan nama Adlerian Counseling.[1]

  1. Hakikat Manusia
Adler mengemukakan bahwa motif utama yang merupakan dorongan hidup adalah superioritas dan kekuatan. Adler melihat bahwa kejantanan (masculine) adalah identik dengan superioritas sedangkan kewanitaan (feminin) adalah interioritas. Sesuai dengan dorongannya untuk hidup maka baik pria maupun wanita menuju superioritas. Alasan utamanya karena manusia pada saat dilahirkan dalam keadaan interioritas dalam keadaan lemah, perlu bantuan orang lain dan hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya. Bagi Adler, manusia itu lahir dalam keadaan tubuh yang lemah, tak berdaya. Kondisi ketidakberdayaan itu menimbulkan ketergantungan kepada orang lain. Psikologi individual memandang individu sebagai makhluk yang saling tergantung secara sosial. Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan oleh dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial. mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial. Calvin S. Hall dan Gardner dalam A. Supratiknya (1993:241)
Manusia tidak semata-mata bertujuan untuk memuaskan dorongan-dorongannya, tetapi secara jelas juga termotivasi untuk melaksanakan:
a. Tanggung jawab sosial
b. Pemenuhan kebutuhan untuk mencapai sesuatu.


  1. Tahap Perkembangan
- Struktur kepribadian
1)Dasar kepribadian terbentuk pada usia empat sampai dengan lima tahun.
2)Pada awalnya manusia dilahirkan Feeling Of Inferiority (FOI) yang selanjutnya menjadi dorongan bagi perjuangannya kearah Feeling Of Superiority (FOS).
3)Anak-anak menghadapi lingkungannya dengan kemampuan dasarnya dan menginterpretasikan lingkungan itu.
4)Dalam pada itu sosial interest-nya pun berkembang
5)Selanjutnya terbentuk Life Style (LS) yang unik untuk masing-masing individu (human individuality).
6)Sekali terbentuk Life Style (LS) sukar untuk berubah. Perubahan akan membawa kepedihan. Prayitno (1998:51).
- Kepribadian yang normal
Freud memandang komponen kehidupan yang normal/sehat adalah kemampuan “mencintai dan berkarya”, namum bagi Adler masalah hidup selalu bersifat sosial. Fungsi hidup sehat bukan hanya mencintai dan berkarya, tetapi juga merasakan kebersamaan dengan orang lain dan memperdulikan kesejahteraan mereka. Motivasi dimotivasi oleh dorongan sosial, bukan dorongan seksual. Cara orang memuaskan kebutuhan seksual ditentukan dengan oleh gaya hidupnya.
Dorongan sosial adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, meskipun kekhususan hubungan dengan orang dan pranata sosial ditentukan oleh pengalaman bergaul dengan masyarakat. Rincian pokok teori Adler mengenai kepribadian yang normal/sehat adalah sebagai berikut:
1)Satu-satunya kekuatan dinamik yang melatarbelakangi aktivitas manusia adalah perjuangan untuk sukses atau menjadi superior.
2)Persepsi subjektif individu membentuk tingkah laku dan kepribadian
3)Semua fenomena psikologis disatukan didalam diri individu dalam bentuk self.
4)Manfaat dari aktivitas manusiaharus dilihat dari sudut pandang interes sosial
5)Semua potensi manusia dikembangkan sesuai dengan gaya hidup dari self.
6)Gaya hidup dikembangkan melalui kreatif individu. Alwisol (2006:78)
.       Perkembangan Abnormal
Penyebab utama keabnormalan atau ketidakmampuan diri adalah munculnya perasaan inferioritas pada diri individu. Ketidaknormalan tersebut sebagai akibat perkembangan perasaan individu yang berlebihan terhadap inferioritas pada awal-awal kehidupannya, individu mengembangkan pola tingkah laku yang tidak cocok. Adler berpendapat bahwa peningkatan perasaan infetioritas bisa berkembang melalui keberadaan sejak lahir yaitu fisik & mentalnya yang cacat dan orang tua yang tidak memperdulikannya.
1.   Cacat mental dan fisik
Individu yang dilahirkan dalam keadaan cacat, dalam beberapa hal dapat meningkatkan perasaan inferioritas. Kecacatan mental lebih sulit untuk mengatasi ketimbang cacat fisik. Anak yang lahir dalam keadaan cacat fisik dan mental maka faktor yang terpenting bukanlah cacatnya itu tetapi reaksi terhadap kejadian yang akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya tergantung reaksi positif atau negatif.
2.  Kesalahan dalam mengasuh
Anak yang dimanja dan diawasi secara ketat membuat dia tidak sanggup mengurus dirinya, sehingga perasaan inferioritas semakin bertambah. Anak yang berada dalam lingkungan ini, tidak memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu, sehingga ia tidak berpengalaman dalam kegagalan atau kesuksesan sedangkan individu akan menjadi seorang yang egosentris yang menganggap superiotitas/ lebih dari orang lain. Ini adalah kepribadian yang berbahaya bagi individu itu sendiri dan masyarakat.
Ada beberapa alasan individu mengembangkan rasa inferiorias yaitu: (1) individu mengembangkan dalam keadaan yang tidak wajar dengan jumlah ketegangan yang tidak biasa. (2) Akibat perasaan inferioritas, berhubungan dengan perkembangan individu terhadap minat sosial. Individu yang dimanja tidak memiliki keberanian. Individu yang menyimpulkan bahwa hubungan dengan orang lain tidak berarti dalam mencapai tujuan, sehingga membuat seseorang memilih tujuan yang ia yakini tanpa pertimbangan orang lain.
3. Penelantaran
Apabila ketiga hal diatas dibesar-besarkan maka FOI akan semakin berkembang. Sehingga terjadi :
-  mengejar superioritas yang berlebihan.
- terlalu keras, hingga menjadi kaku (rigid).
- Perfeksionistik tidak wajar.
- Sosial interes terganggu.
- Hubungan sosial tidak mengenakkan.
- Mengisolasi diri (selfish). Prayitno (1998:52).
  1. Tujuan Konseling
Tujuan konseling adalah membantu klien menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life style (LS) serta mengurangi penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dan dalam mengoreksi persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya. Hal ini dilakukan bertujuan membentuk gaya hidupnya yang lebih efektif. Prayitno (1998:52).

E.      Keterampilan, Kepribadian dan pengetahuan Konselor.
-          Konselor memiliki asumsi bahwa klien akan merasa dan berperilaku lebih baik apabila mereka tahu apa yang salah dalam pemikiran mereka selama ini.
-          Terampil mengumpulkan data-data keluarga dan masa lalunya.
-          Interpretasi, pengertian tentang style life klien diberitahukan kepada klien. Konselor mendengarkan reaksi klien.
-          Rekonstruksi aktif, konselor mengarahkan klien secara aktif terhadap alternatif-alternatif pemecahan mengenai masalah dirinya dan lingkungannya. Penyembuhan disebabkan oleh gambaran yang matang tentang dunianya.
-           Dalam hubungan yang face to face relation, dialog diusahakan suatu reedukasi (pendidikan kembali), proses sosialisasi seorang individu dan memperbaiki kepercayaan klien terhadap dirinya sendiri.

F.       Kondisi Konseli
Umumnya, kondisi konseli adalah dalam keadaan gagal untuk mengubah hidupnya karena mereka tidak mengenal cara berpikir dan berperilaku, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, dan takut meninggalkan pola lama untuk diganti dengan yang baru yang hasil akhirnya nanti tidak bisa mereka ramalkan. Jadi, biarpun cara mereka berpikir dan berperilaku bukan hal yang berhasil, mereka cenderung untuk bertahan pada pola yang mereka kenal (Manaster dan Corsini, 1982).
           
G.     Mekanisme perubahan
a) Pembinaan hubungan yaitu: rapport, hubungan sejajar, konseling sebagai usaha kerjasama, menetapkan tujuan bersama, menfokuskan pada dimensi yang positif, dalam melakukan dorongan,
 b) Analaisis penyelesaian yaitu: memahami gaya hidup, mengamati perasaan kepercayan, konstelasi keluarga,
c) Insight yaitu: terjadi konfrontasi, dan interpretasi, dan Reorientasi.



[1] WS. Winkel & M.M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,  (Yogyakarta : Media Abdi, 2005), Hal 422

0 komentar:

Posting Komentar