Malas
dapat diartikan sebagai sifat yang tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka,
tak bernafsu. Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu
untuk belajar (Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia).
Anak
menjadi malas disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut terbagi
menjadi dua, yakni faktor instrinsik (dari dalam diri anak), dan ekstrinsik
(dari luar anak). Adapun faktor dari dalam dapat berupa kurangnya motivasi
untuk belajar, kelelahan fisik karena terlalu banyak bermain atau jenuh
mengikuti les-les tambahan atau juga sedang sedih dan sebagainya. Sementara
faktor dari luar bisa dikarenakan sikap orang tua yang cuek atau sebaliknya,
atau dikarenakan kondisi belajar yang tidak nyaman atau juga karena tersedia
fasilitas yang berlebihan seperti DVD, HP, laptop dengan aplikasi permainannya
dan lain sebagainya.
Untuk
itu hal pertama yang harus dilakukan ibu adalah mengidentifikasi faktor
penyebab anak malas belajar dengan memperhatikan gerak-geriknya atau menanyakan
langsung kepada anak saat kondisi-kondisi santai bukan dalam forum serius.
Seperti saat nonton tv bersama, atau ketika sedang bercanda di ruang keluarga
dan sebagainya. Solusi tindakan yang ibu ambil harus sesuai dengan faktor
penyebab anak itu sendiri. Misal anak menjadi malas karena di rumah ada
playstation, sehingga anak lebih memilih bermain game ketimbang belajar. Nah,
tindakan ibu berarti harus mengurangi waktu anak bermain playstation dan
begitupun dengan solusi lainnya disesuaikan dengan faktor penyebab.
Orang
tua pula harus memberikan motivasi kepada anak dengan menanamkan
pengertian yang benar tentang seluk beluk belajar pada anak sejak dini.
Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak. menumbuhkan inisiatif belajar
mandiri pada anak, menanamkan kesadaran dan manfaat besar jangka panjang yang
akan didapat dari belajar.
Anak
usia 3 SD cenderung meniru maka ketika orang tua sedang membimbing anaknya
untuk belajar alangkah baiknya juga membawa buku majalah ataupun Koran.
Sesekali anak juga diajak berdiskusi yang menyenangkan. Kemudian memberi dia
apresiasi berupa barang atau pujian ketika ia telah berhasil mengerjakan
soal-soal atau PR nya sehingga menjadi dorongan untuknya.
Tidak
berbeda dengan sifat pemalas, sifat pemalu pada diri anak juga dapat diatasi.
Pemalu adalah sifat yang pasif, kurang memiliki aktivitas motorik. Sifat pemalu
dapat menghambat pengembangan potensi dan bakat yang dimiliki oleh anak. Anak
cenderung merasa minder dan tidak percaya diri.
Untuk
mengatasinya bisa dimulai dari hal yang sepele namun memiliki dampak yang
besar, seperti saat bicara dengan anak,
biasakan untuk selalu menggunakan kontak mata langsung. Secara tak sadar, hal
ini akan memperkuat rasa percaya diri anak. Adanya kontak mata saat menghadapi
lawan bicara akan menimbulkan kepercayaan diri. Kemudian ajak anak ketika
melakukan kunjungan atau acara-acara seperti walimatun nikah, kunjungan ke
tetangga dan sebagainya. Serta dorong anak untuk menunjukkan bakat terpendamnya
di depan orang banyak. Sering melakukan komunikasi kepada anak agar senantiasa
terbuka. Undang teman-teman sebayanya untuk berkunjung ke rumah, untuk bermain
bersama atau kerja kelompok. Sehingga anak akan belajar sosialisasi lebih akrab
bersama teman-temannya.
0 komentar:
Posting Komentar