“Setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin pasti dimintai
pertanggung jawaban atas apa yang dipimpin (al hadits).”
Acara sakral pelantikan pengurus baru tahun 2011-2012 berlangsung dengan khidmat, terlontar sumpah pengurus yang dipimpin oleh
Kyai Pengasuh Pondokku. Kami bersumpah atas nama Tuhan kami dan Rasul Nya,
bersama saksi bisu kitab suci Al-Qur’an di atas kepala kami. Pundak terasa
berat ketika mengemban amanat sebagai ketua bagian bahasa pusat di Organisasi
Santri Pondok Pesantren Modern (OSPM).
Memang sudah saatnya santri kelas XI Madrasah Aliyah untuk meneruskan
estafet kepungurusan. Aku tak banyak memprotes ketika ditunjuk sebagai ketua
bagian bahasa di pusat. Karena sekuat apapun argumenku untuk menolak akan
terasa percuma. Bapak Pengasuh pondok telah mempercayaiku menduduki jabatan
ini, aku tidak mau mengecewakan kepercayaannya.
Terkadang terbersit keraguan di hati, aku tak yakin
dengan kemampuan bahasaku yang pas-pasan. Pasalnya kurang dari dua tahun aku
tinggal di pondok. Tidak banyak kosa kata bahasa arab dan inggris yang aku
kuasai. Padahal banyak dari teman-teman angkatanku yang tiga tahun lebih lama
tinggal di pondok ketimbang aku, mereka lulus SD langsung dimasukkan ke pondok
oleh orang tua mereka, sementara aku baru masuk setelah lulus SMP. Sekali lagi
ini berbicara tentang kepercayaan, “orang lain saja memopercayai kemampuanku,
kenapa aku harus takut dan merasa tidak memiliki kemampuan” sugesti diri.
Aku mencoba melihat dari
sudut pandang positif amanah ini, dengan menjadi ketua bagian bahasa dorongan
untuk belajar bahasa asing pasti akan lebih kuat. Aku pasti merasa malu dan
menjadi pertanyaan besar, ketika seorang ketua bahasa tapi tidak pandai
berbahasa asing dan menyuruh anggota berbahasa sementara dirinya sendiri tidak.
Untuk itu aku terus menggali pengetahuanku dalam bahasa asing, menjalankan
program-program kerja yang telah disepakati, membiasakan diri berbahasa arab
dan inggris ketika berkomunikasi, sehingga anggota akan mencontoh. Dan juga
mengkontrol anggota setiap waktu dan tempat.
Dibenci oleh anggota sudah
biasa aku rasakan, dan aku sudah siap mental menghadapinya. Mereka marah ketika
mendapat hukuman dari pengurus bagian bahasa. Hukuman yang kami berikan
semata-mata agar mereka jera untuk tidak melanggar lagi dan mau membiasakan
diri berbahasa arab dan inggris setiap hari. Pelanggar bahasa tidak hanya dari
kalangan anggota adik kelas saja, tetapi dari teman seangkatan pula yang susah
untuk diatur dan diperingatkan. Mereka tidak menghargai dan mengindahkan
peraturan bagian bahasa. Sering kali aku mendengar mereka dengan santai
berbicara bahasa Indonesia, bahkan bahasa daerah. Betapa geramnya hati, sungguh
memperingatkan teman lebih sulit daripada adik kelas yang masih mau
mendengarkan. Tapi sebagai ketua aku harus bersikap tegas kepada mereka,
sekalipun sahabat dekat tapi ketika salah mereka harus diperingatkan atau
diberi sanksi. Lain halnya dengan teman yang membangkang, biarkan ustadz
pembimbing yang turun tangan.
Organisasi Santri Pondok Modern (OSPM) berbeda dengan OSIS yakni
sebagai organisasi sekolah-sekolah umum. OSPM memiliki lingkup yang jauh lebih
kompleks, kepungurusan di dalamnya mulai dari santri bangun tidur sampai tidur
kembali. OSPM menjadi jantungnya pondok, jika jantung itu berhenti memompa
darah maka akan terjadi kematian. Begitu pula dengan OSPM, jika tidak
bergeraknya organisasi ini maka pondok akan mati.
Tanggung jawab terus menghantui hari-hariku sebagai pengurus, tidak
jarang aku mengorbankan urusan pribadiku untuk amanah ini. Bahkan hak untuk
badanku istirahat sering terabaikan. Sampai larut malam di kantor bahasa
berteman kamus-kamus tebal, aku mencari kosa kata untuk aku berikan kepada
anggota setiap pagi sehabis sholat shubuh. Aku terus berpikir keras mencari
cara untuk mengembangkan bahasa asing di pesantrenku. Ada lima kelas yang harus
mendapat asupan kosa kata sertiap paginya. Dalam keadaan kantuk, aku
mengkontrol pemberian kosa kata oleh bagian bahasa yang lain pada setiap kelas.
Keliling di setiap asrama barangkali ada santriwati nakal yang tidak mengikuti
kegiatan. Benar saja, banyak aku temukan santriwati yang mengumpat di bawah
kasur atau di belakang lemari. Mereka mengaku malas dan lebih memilih tidur
daripada harus bercape-cape menghafalkan kosa kata dari bagian bahasa. Betapa
tersayatnya hati mendengar kalimat-kalimat yang keluar ringan dari mulut
mereka, seolah penghinaan tajam atas pengorbananku. Mencoba sabar dan terus
memahamkan mereka pentingnya kegiatan giving vocabularies[1]
ini.
Malam setelah sholat isya kami membimbing
anggota untuk mengulang kosa kata yang diberikan di pagi hari. Setiap jum’at
pagi kami mengumpulkan anak-anak untuk ber muhadtasah[2]
di auditorium dengan tema pembicaraan yang telah ditentukan. Setelah itu
aku meng ishlah[3]
kalimat-kalimat yang sering salah digunakan ketika percakapan. Setiap bulannya
kami memberikan laporan perkembangan bahasa anggota kepada ustadz pembimbing.
Dalam laporan terlampir daftar nilai ujian bahasa setiap santriwati. Demikian
setiap dwimingguan kami merekap nilai-nilai kurang lebih 600 santriwati.
Mengadakan kegiatan berbahasa seperti : miss language, cerdas cermat, making
slogan dan sebagainya. Program-program kerja senantiasa kami jalankan,
karena amanah juga komitmen kuat kami.
Tak lupa kami menempelkan slogan-slogan berbahasa asing di
lingkungan asrama; masjid, asrama, kamar mandi, manager office, dapur, visiting
place dan kamar-kamar. Bahkan setiap
pengumuman yang tertempel harus menggunakan bahasa Arab atau inggris. Setiap
minggu santriwati didengarkan lagu dengan bahasa asing. Untuk hukuman yang
diberikan menyesuaikan kuantitas pelanggaran. Begitu istiqomah kami menjalankan
kewajiban-kewajiban sebagai pengurus bahasa hanya karena satu tujuan, yakni
agar semua santriwati terbiasa menggunakan bahasa asing dalam setiap
percakapannya.
Tidak ada usaha yang sia-sia. Dari bulan ke bulan di masa kepengurusan kami, bahasa mengalami
perkembangan dan pelanggar bahasa pun mengalami penurunan. Indah rasanya ketika
semua kerja keras berbuah manis.
اللغة
تاج المعهد
“ Bahasa itu mahkota pondok”
0 komentar:
Posting Komentar