Dalam metamorphosis kehidupan yang
ku alami, tak selamanya berjalan mudah. Bukankah indah sinar bintang baru
nampak ketika malam gelap..??, dan bukankah semakin tinggi pohon semakin
kencang angin menerpa..??. Begitu pula dalam penulusuran labirin kehidupan
untuk hidup yang bukan sekedar hidup.
Dalam transisi dunia kependidikanku
di pesantren. Jalan ini ku pilih bukan tanpa syarat, ijtihad satu semester
membuahkan akselerasi dan beasiswa bebas SPP sekolah. Normalnya santri baru
lulusan SLTP harus menjalani
kependidikan SLTA di pesantren selama empat tahun, tapi akselerasi ini
menuntutku untuk meninggalkan angkatanku dan duduk bersama kakak kelas yang
belum bisa menerima kehadiranku di tengah-tengah mereka.
Sampai
pada klimaksnya, mereka meluapkan kemarahannya kepadaku dan dua orang teman
akselerasi juga. Sebagai bentuk protes dan ketidakterimaan mereka. Di masjid
pukul 23.25 WIB kami dikumpulkan untuk mendengarkan caci-maki dari mulut
mereka, “kalian BENALU…!! kalian PARASIT dalam komunitas kami…!!
kalian TROUBLE MAKER perusak sistem kekeluargaan kami. KAMI INI SATU
BADAN, KETIKA KALIAN DATANG AKAN MENJADI KECACATAN BAGI BADAN KAMI” cercaan
bertubi dengan tudingan tajam, hampir semua dari mereka angkat bicara bergantian.
Kian mengiris pendengaran, ucapku lemah dalam hati sambil merasakan sesak di dada “ Tuhan,, kumohon
jadikan tuli telingaku malam ini, agar tak satu pun cacian mereka dapat ku
dengar. Jadikan buta mataku malam ini, agar tak satupun bringas wajah mereka
dapat ku lihat. lapangkan dada hamba,
bersihkan hati jangan biarkan kebencian dan rasa dendam bersemayam di dalamnya”.
Tak
sepatah kata pun keluar dari mulutku untuk menimpali cercaan-cercaan itu. Biarkan
mereka lelah dengan kebencian, tapi aku akan tetap hidup dengan ijtihadku Li
tholabul ‘ilmi. “AKU AKAN MEMBUNGKAM MULUT MEREKA DENGAN UKIRAN PRESTASI”
tekad kuat dalam hati. seseorang yang menyimpan kebencian di hati, ibarat
melempar sesuatu dengan kertas basah, sebelum terlempar ia akan hancur terlebih
dulu.
Tidak berhenti dengan segala cercaan.
Mereka pula mencoba memfitnahku dengan keji, sampai semua orang memandangku
buruk. Fitnahan yang sama sekali tidak pernah aku lakukan.
Di
dalam kelas pula kami dikucilkan, duduk dibangku paling belakang dan
terasingkan. Kelas itupun menjadi kandang macan, tak kudapati kenyamanan
belajar. Bahkan kedamaian hidup di lingkungan pesantren tak dapat ku rasakan,
hanya tekanan bathin yang menyakitkan membuatku ingin pulang… pulang dan
pulang. Dihadapan ustadz-ustadz saja
mereka bersikap manis kepada kami, tapi setelahnya
mereka kembali pada kebencian yang sia-sia. Berkedok kemunafikan agar tidak
disalahkan.
Aku
harus tetap bertahan, saat ini Tuhan akan menaikkan derajatku dengan ujian-Nya.
Yang aku lakukan adalah mengambil hikmah dari cobaan ini, yakni menjadi insan
tegar dan lebih dewasa. Aku pun terus mengejar pelajaran-pelajaran yang
tertinggal. Ibarat kata Jika mereka berjalan, maka aku harus berlari..!! jika
mereka membaca satu buku dalam tiga hari, maka aku harus membaca tiga buku
dalam sehari. Jika mereka menghafal one day one ayat, maka aku harus hafal one
day one surah. Bahkan tengah malam
ketika mereka tidur nyenyak, aku harus bangun melihat catatan pelajaran dibuku
mereka diam-diam, kemudian mempelajarinya bersama keheningan malam.
Setiap
hari aku mencoba care dan bersikap baik kepada mereka. Kebencian tidak
dibalas dengan kebencian, melainkan niat positif dari dalam hati. Di sepertiga
malam dalam dialogku bersama Tuhan, “ya Tuhan.., bahagiakanlah orang-orang yang
sangat membenciku, sadarkan ia akan kesia-siaan dari kebencian yang dimiliki”. Hati
ibarat talang emas, menyimpan kebencian sama dengan menyimpan pepaya busuk di
dalamnya.
Tidak ada usaha yang sia-sia,
akhirnya satu per satu buah manis dapat ku petik. Alhamdulillah,.. Aku mendapat
peringkat satu dikelas bahkan juara umum akademik tingkat SLTA, menjuarai lomba
menulis essay tingkat Provinsi bahkan nasional. Dan Aku juga terpilih menjadi
ketua OSPM (Organisasi Santri Pondok Modern) dan Wakil Ketua Isyba’ (Organisasi
kejurnalistikan). Saat itu mereka mulai menerima kehadiranku, rasa kebencianpun
mulai terkikis perlahan hingga habis.Dan kami menjalani kependidikan dengan
indahnya kekeluargaan sampai kelulusan,,,,
semoga bermanfaat
jangan lupa mapir di ursi blog ya
jangan lupa mapir di ursi blog ya
1 komentar:
Tulisanmu mengingatkan aku waktu dulu yg pengalamannya hampir sama dengan pengalamanmu hny saja aku putus asa ditengah jalan mengambil jalan yg aman
Tetaplah ditempat km berpijak walau angin sering menggoda untuk pergi mengajakmu beranjak
:)
Posting Komentar